Sabtu, 10 November 2012

Jangan Salahkan Ayah Ibumu Jika Mereka Protektif Padamu!


Hey readers! I do my comeback :]

Udah lama ya terakhir nulis. Seingetku sih terakhir nulis bulan September. Kalo ga salah di twitter aku juga udah pernah bilang kalo aku bakalan hiatus dalam rangka fokus HUT sekolah. Finally, that was the greatest school anniversary I ever had!^^ tahun ini 2 guest star. Yep! @poconggg + EndahNRhesa. Anyway, mohon maaf kalau tulisanku kali ini agak kaku. Maklum lama ga nulis. Keep support me ^^

Ok balik ke pokok bahasan. Judulnya mungkin emang terkesan basi dengan perkembangan anak muda di jaman sekarang. Tapi seenggaknya aku berharap dengan tulisanku kali ini, kalian bisa sedikit membuka hati dan pikiran kalian kalau ortu itu engga seseram yang kalian anggap. Enjoy it please ^^

Diantara readers semua ada engga sih yang ortunya pelit ijin? Maksudku pelit ijin itu kalian kalau mau pergi kemanapun pasti biasanya ga boleh. Kalaupun boleh pasti ijinnya udah dari lama, pake adu pendapat, bertele-tele dan kerepotan yang lainnya. Am I right?

Hal seperti di atas sebenernya kalau menurutku wajar. Coba sekali aja kalian berpikir kalian adalah orang tua. Pikirin gimana rasanya kalau anak kalian ijin pergi ke luar kota, motoran, malem-malem, tanpa SIM dan engga tau bakalan pulang jam berapa. Orang tua mana sih yang ga khawatir kalo anaknya pergi tanpa pengawasan orang tua? Kalaupun ada, maaf mereka bukan orang tua yang take care sama anaknya.

Merasa terkekang? Kalau kalian tanya hal itu ke aku, aku bakalan jawab jujur iya aku merasa sedikit tidak nyaman dengan kondisi seperti itu. Kondisi dimana aku stuck dengan sekolah, tugas, lingkungan cs dan aku butuh refreshing. Contoh refreshing emang banyak tapi bener kan kalau salah satu dari cara refreshing itu adalah keluar rumah waktu malam minggu?

Aku masih inget kapan pertama kali aku keluar malem yaitu pas jadi panitia Espresso jaman kelas 8. That was my first time. Really really the first time. Pertama kali keluar rumah habis magrib dan pulang jam 11 malam. Buatku, waktu itu bener-bener yang anugerah banget secara ayah & ibuku agak kaku dengan masalah keluar malam. Simpel aja alesannya. Aku cewek, ga sopan berkeliaran pas malem-malem. Well, untuk kata-kata di atas aku setuju banget. Cewek itu gimanapun akan terlihat lebih santun kalau ga keseringan keluar malam kecuali emang untuk hal penting.

“Kenapa sih aku engga kayak temen-temenku yang boleh keluar malem? Kenapa waktuku Cuma aku habisin buat ngadep leptop sedangkan temenku pada main di luar sana?” itu jenis pertanyaan yang sering banget keluar dipikiranku. Pertanyaan sederhana yang memerlukan jawaban kompleks. Dan biasanya jawaban yang kompleks itu berakhir menyebalkan buat kita yang melontarkan pertanyaan seperti itu.

Di hitung dari kelas 8 berarti perlu waktu 3 tahun buatku pulang ke rumah di atas jam 7. Itupun karena persiapan HUT sekolahku yang kebetulan jatuh pas lustrum. Dan dalam masa 3 tahun itu, sedikit banyak aku mulai berpikir lagi tentang apa pentingnya keluar waktu malem minggu. Terbiasa dengan keadaan malam minggu di rumah aja, ngebuat aku lebih banyak berpikir lagi tentang apa itu esensi “malam minggu dan hangout”.

Apa itu esensi “malam minggu dan hangout” buatku? Simpel aja. waktu buat kumpul dengan keluarga. Coba kita flashback dari hari Senin. Hari Senin, hari pertama dalam satu minggu. Udah pasti kita bakalan sibuk dengan urusan sekolah. Selasa-Jumat kita sibuk dengan urusan ikut ekstrakurikuler atau les. Dari 7 hari dalam seminggu, berapa waktu yang kita alokasikan buat orang tua? Buat keluarga di rumah? Buat sejenak bercengkrama dengan keluarga di rumah? Cuma 2 hari. Sabtu dan Minggu.

Coba kalian pikir sekali lagi. Dari 7 hari yang Tuhan kasih buat kita kenapa Cuma 2 hari yang kita sediakan khusus untuk keluarga? Gimana kalau setiap malam minggu dan hari Minggu kita keluar rumah? Dari 7 hari waktu kita engga ada yang sekalipun kita sediain buat orang rumah. Sekarang, siapa sebenernya yang keterlaluan? Kita atau ortu kita?

Aku sadar, I’m not a good child. Aku bukan anak yang baik. Setiap aku ga suka dengan apa yang ayah/ibuku bilang, aku pasti langsung sewot tanpa berpikir kenapa ortu sampai bilang hal seperti itu. Yang paling parah langsung masuk kamar dan main kunci. You can call me Evil if you want. I deserved for that reason. Tapi pada akhirnya aku sadar. Orang tua cuma meminta kita memberi 1 hari dari 7 hari kita untuk mereka. Iya, buat mereka. Untuk mereka mencurahkan kasih sayang mereka ke kita, buah hati dan buah kasih sayang mereka.

Mungkin kita bakalan protes. “Kenapa sih harus hari Sabtu waktu aku mau hangout sama temen-temenku? Kenapa ga lain hari aja?” Satu hal yang pengin aku tanyain ke reader. Kalian tau kan arti “quality time”? waktu yang berkualitas? Iya, orang tua sebenarnya tidak meminta hari apa kita kosong, tapi mereka meminta kita meluangkan waktu untuk sekedar menikmati waktu yang berkualitas dengan keluarga. Kita tidak sedang membicarakan kuantitas, tapi kualitas. Buat ortu kita, kualitas di atas kuantitas. Sebanyak apapun kita berinteraksi dengan keluarga atau orang rumah, kalau waktunya tidak berkualitas semuanya bakalan sama aja. 0 besar. Bohong.

Lagipula, ortu kita ngelakuin hal itu semata-mata karena mereka sayang sama kita. Bukan niat mereka tidak memperbolehkan, mereka cuma meminta kita mempertimbangkan apakah hal yang akan kita lakuin bermanfaat apa engga. Aku yakin, kalau kegiatan yang kalian lakuin itu bermanfaat, orang tua bakalan mendukung penuh kok ^^

Dan sekarang, aku bersyukur karena kebiasaan orang tuaku tidak dengan mudah mengizinkan anaknya keluar malam. Pertama, aku jadi ga terbiasa keluar malam kecuali urusan mendadak dan penting. Kedua, I have more quality time with my family. Ketiga dan yang paling penting, orang tuaku peduli dan sayang sama aku.

Akhirnya sampai juga kita di akhir tulisanku. Dari hal di atas aku sendiri bisa belajar kalau SMA ini aku udah jarang punya quality time sama keluarga. Tapi aku masih bisa ngerasain kalau ayah & ibuku masih perhatian, sayang, peduli dan bertanggung jawab terhadap anaknya. Aku juga berharap orang tua reader sekalian juga perhatian, sayang, peduli dan bertanggung jawab terhadap kalian ^^

One last qoute:
“Jika kau di ibaratkan rumah, maka teman adalah bagian-bagian pelengkap dari rumah, dan orang tua serta keluarga adalah tiang pondasi utama yang berada dalam dirimu. Hargai dan hormati orang tuamu. Sejengkel apapun kamu dengan mereka, kamu tetaplah orang yang mewarisi darah keduanya.”