Rabu, 18 September 2013

Jujurlah, Meskipun Ia adalah Sahabatmu

Apa itu sahabat? Siapa itu sahabat? Yang bagaimana yang bisa menjadi sahabat? Kapan bisa menemukan sahabat?

Pertanyaan seperti itu yang kadang mampir ke pikiranku. Mau di jawab sendiri? Engga mungkin. Harus ada partner yang membantu menjawabnya dan itu adalah orang yang kita panggil sahabat. Sahabat itu selalu berguna. Bohonglah kalau kalian bilang kalian engga memanfaatkan sahabat kalian. Tapi tunggu! Memanfaatkan disini konteksnya positif, bukan yang negatif semacam ngebabuin sohib sendiri. Contoh yang positif itu yang paling gampang adalah ketika kita engga bisa ngerjain PR, itulah gunanya sahabat. Kalian lagi sedih/punya masalah/susah? Disitulah gunanya sahabat. Bohong besar kalau kamu bilang kamu bisa hidup tanpa seorang sahabat. INGAT! Sahabat sama Teman itu beda. Teman itu orang yang ikut bersedih kalau kalian sedih. Sahabat adalah orang yang menarikmu dari rasa sedih itu. That’s why, menemukan sahabat jauh lebih susah daripada menemukan teman.

Honestly, aku tipe orang yang mudah bergaul dengan orang baru. Tapi kalau untuk masalah sharing tentang hidup, Cuma bisa diitung jari ke siapa aku cerita. Dan aku masih inget banget gimana pertama kali aku dapat sahabat. waktu itu, aku masih SMP kelas 7. Ya intinya waktu dulu kelas 7 aku di bully sama hampir setengah kelas. Bisa bayangin engga sih kalau aku yang kalian kenal gini pernah di bully? Dan yang lebih kacau adalah aku di bully sama anak yang secara badan lebih kecil. Cuma ya itu, omongannya besar sih. Kalah deh.

Dari masa itulah aku ketemu anak-anak yang sampai sekarang masih kentel banget temenannya. Yah walaupun tinggal bertiga yang masih pakai putih abu-abu. Tapi kita masih enjoy aja karena kita menikmati setiap momen dalam persahabatan kita.

Sekarang, aku masih pakai putih abu-abu dan aku menemukan lagi sahabat-sahabat baru. Sahabat yang secara taraf umur sama tapi ya itu, menjadi tua adalah keharusan tapi menjadi dewasa adalah pilihan. Aku maklum sih, soalnya kedewasaan macam gimana yang bisa dituntut dari anak tahun terakhir putih abu-abu? Yah walaupun banyak temen yang bilang harusnya sih anak setingkat ginian udah dewasa dan siap membuat pilihan besar. Tapi kalau anak setingkat ini terlalu dewasa dikiranya minta nikah lagi ke orang tuanya (?) ok, ini OOT.

Percaya engga kalau persahabatan itu mengenal kurva? Ada titik maksimum dan titik minimum. Titik maksimum adalah saat kita menemukan kenyamanan yang engga bisa kita dapatkan kalau engga sama mereka. Kenyamanan ini bukan yang nyaman dalam artian biasa. Kenyamanan disini adalah saat kalian mudah untuk mengutarakan apa yang kalian pikirkan tentang sahabat kalian. Mau baik atau buruk ya bilang aja, engga perlu think twice untuk mengungkapkan sebuah kejujuran.

Kalau titik minimum adalah saat kita bilang kita sahabat tapi kita cuma merasakan kenyamanan semu. Kenyamanan yang dibuat-buat biar sahabatnya seneng dan engga sakit hati. Kenyamanan yang ambigu karena di satu sisi sudah terlanjur sreg dengan suasana tapi di sisi lain hati nurani pingin jujur.

Kalau aku sendiri udah pernah di titik maksimum & di titik minimum. Merasakan bagaimana kenyamanan yang jarang ada api tersulut dan merasakan bagaimana jujur adalah hal yang tidak bisa dan tidak mungkin di beli. Dalam persahabatan, adem ayem itu kadang pura-pura mengaku sejati. Jadi, aku pribadi lebih prefer persahabatan yang ada gejolaknya daripada yang adem ayem tentram sejahtera.

Temenku juga pernah bilang kalau orang sahabatan juga kayak orang pacaran. Keterbukaan, komunikasi, kejujuran dan pengertian juga harus dimiliki mereka yang mengaku bersahabat. Sekarang, buat apa kita berkomunikasi kalau engga bisa jujur? Engga bisa terbuka? Engga bisa pengertian satu sama lain? Sama aja bohong kan? Sama aja hubungan yang engga jelas mau dibawa kemana. Hubungan yang selamanya berjalan di tempat. Hubungan yang jarang bersentuhan dengan kata perubahan ke arah lebih baik.

Sahabat itu orang yang menerima kita apa adanya. Bener banget. Sahabat dan pasangan hidup adalah orang yang menerima kita dengan segala kurang-lebihnya kita. Karena dengan kurangku akan kamu tutupi dengan lebihmu, begitu pun sebaliknya. Karena itu dalam persahabatan ada yang sifatnya banyak berbenturan tapi ada jembatan yang selalu menghubungkan.

Dalam persahabatan pasti setiap orang pernah mengalami sakit hati dengan perkataan sahabatnya. Begitu juga aku. Aku sakit hati kalau ada orang yang ngece namaku. Mungkin begitu kalian baca nama AULIA ZAHRA GHIFFARI kalian bakal bayangin orang yang setidaknya lebih anggun dari aku yang sekarang, dan aku minta maaf kalau yang kalian temui begitu mendengar nama ini adalah sosokku yang kayak gini. Tapi satu hal yang perlu kalian tau, betapa aku sangat menghargai nama yang sudah ayah ibuku kasih ke aku. Dalam nama itu, nama yang mungkin menurut kalian kurang masuk sama pemiliknya, ada doa yang dipanjatkan orang tuaku buat aku. Dan itulah kenapa aku engga suka orang yang nyinggung namaku karena sama aja menyinggung doa orang tuaku :]

Aku kadang juga engga siap dikritik. Apalagi kalau yang ngritik nylekit. Iya mungkin yang dia maksud bener tapi kadang emang akunya yang belum siap. Awalnya sakit hati, tapi setelah aku pikir lagi dikritik dikit aja masa mau sakit hati berkepanjangan? Kalau gitu terus kapan mau maju? Kapan mau membuktikan kritikan itu kalau aku juga bisa berubah ke arah lebih baik? Karena itu, sekarang aku pelan-pelan mulai mencoba jadi pribadi yang lebih baik.

Dan kadang aku juga sakit hati dengan mereka yang mengaitkan aku dengan orang yang engga aku kenal. Iya mace engga apa-apa, tapi apa jadinya kalau kamu dipace dengan orang yang engga kamu kenal? Jujur, aku awalnya biasa aja tapi makin kesini rasanya makin risih. Aku engga kenal, aku engga tau dan kenapa bisa aku dikaitin sama orang itu dan parahnya sampai disebarkan pada tempat, orang dan waktu yang tidak seharusnya? Bukannya menjaga image, tapi itu sama aja menyebarkan berita bohong tentang aku ke khalayak umum.

Dan kalau boleh jujur lagi, aku kurang nyaman dengan orang yang berani mace tapi tidak siap dipace. Kalaupun dipace, biasanya orang itu akan marah dan mendadak pergi. Yang kayak gini kadang bikin bingung. Mau dideketin takut orangnya marah tapi kalau dibiarin kita dibilang engga peka.
Aku juga kurang nyaman dengan orang yang kadang terlalu nylekit tapi begitu baru dikasih tau sedikit langsung marah. Setidaknya tolong biarkan kita menyampaikan apa yang ada di pikiran kita, baru setelah itu ditanggapi. Kalau kita yang salah tanggap, kita juga kok yang minta maaf. Sahabat itu juga orang yang bakalan nge-prevent kita dari hal yang sekiranya kurang bener. Sahabat yang patut dinilai benar adalah yang mau mengakui kesalahannya saat dia salah, mau memaafkan sahabatnya, dan mau mengikhlaskan kesalahan yang sudah terjadi. :]

Aku engga berharap punya persahabatan yang ideal, yang bisa dipuja-puji atau gimana. Aku Cuma pengin persahabatan yang jujur itu adalah menjadi kesehariannya. Jujur itu menyakitkan, tapi lebih sakit lagi kalau sebuah kejujuran Cuma dibiarin jadi kerak di kalbu. Bikin sakit. Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah :]
Aku sendiri masih jauh banget banget dari kata sempurna, very very very faraway. Karena aku sadar, banyak orang masih engga suka dan masih banyak yang punya stigma negatif tentang aku. Belum lama ini, kalau engga salah bulan Agustus sewaktu MOS, surat benci yang aku dapat adalah setengah jumlah siswa baru. Hitung aja siswa barunya 350 berarti ada lebih dari 150 orang yang benci, engga suka atau salah sangka ke aku. Itu jadi salah satu tolak ukurku. Sebelum mengkritik, ada baiknya lihatlah dirimu sendiri. Pepatah Jawa bilang “ngilo githok.”

Apa yang aku sebutkan di atas adalah salah satu cara untuk mengurangi bebanku. Aku mungkin bisa ngomong tapi bukan untuk masalah yang seperti ini. Karena itu, aku coba untuk menulisnya di blog ini. Aku harap kalian yang membacanya tidak salah tanggap. Bukannya menghakimi tapi lebih tentang berbagi pengalaman hidup yang aku miliki :]

Terakhir dan merupakan point paling penting adalah SAHABAT adalah orang yang tidak pernah mempermasalahkan kelebihan dan kekuranganmu. Seburuk-buruknya sahabat, merekalah yang Tuhan titipkan pada kalian untuk saling dijaga dan saling menjaga :]

Satu quote terakhir yang membuat aku percaya kalau persahabatan sejati itu ada,

“Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti, diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian.