Hey readers! I do my
comeback :]
Udah lama ya terakhir
nulis. Seingetku sih terakhir nulis bulan September. Kalo ga salah di twitter
aku juga udah pernah bilang kalo aku bakalan hiatus dalam rangka fokus HUT
sekolah. Finally, that was the greatest school anniversary I ever had!^^ tahun
ini 2 guest star. Yep! @poconggg + EndahNRhesa. Anyway, mohon maaf kalau
tulisanku kali ini agak kaku. Maklum lama ga nulis. Keep support me ^^
Ok balik ke pokok
bahasan. Judulnya mungkin emang terkesan basi dengan perkembangan anak muda di
jaman sekarang. Tapi seenggaknya aku berharap dengan tulisanku kali ini, kalian
bisa sedikit membuka hati dan pikiran kalian kalau ortu itu engga seseram yang
kalian anggap. Enjoy it please ^^
Diantara readers semua
ada engga sih yang ortunya pelit ijin? Maksudku pelit ijin itu kalian kalau mau
pergi kemanapun pasti biasanya ga boleh. Kalaupun boleh pasti ijinnya udah dari
lama, pake adu pendapat, bertele-tele dan kerepotan yang lainnya. Am I right?
Hal seperti di atas
sebenernya kalau menurutku wajar. Coba sekali aja kalian berpikir kalian adalah
orang tua. Pikirin gimana rasanya kalau anak kalian ijin pergi ke luar kota,
motoran, malem-malem, tanpa SIM dan engga tau bakalan pulang jam berapa. Orang
tua mana sih yang ga khawatir kalo anaknya pergi tanpa pengawasan orang tua? Kalaupun
ada, maaf mereka bukan orang tua yang take care sama anaknya.
Merasa terkekang? Kalau kalian
tanya hal itu ke aku, aku bakalan jawab jujur iya aku merasa sedikit tidak
nyaman dengan kondisi seperti itu. Kondisi dimana aku stuck dengan sekolah,
tugas, lingkungan cs dan aku butuh refreshing. Contoh refreshing emang banyak
tapi bener kan kalau salah satu dari cara refreshing itu adalah keluar rumah
waktu malam minggu?
Aku masih inget kapan pertama
kali aku keluar malem yaitu pas jadi panitia Espresso jaman kelas 8. That was
my first time. Really really the first time. Pertama kali keluar rumah habis
magrib dan pulang jam 11 malam. Buatku, waktu itu bener-bener yang anugerah
banget secara ayah & ibuku agak kaku dengan masalah keluar malam. Simpel aja
alesannya. Aku cewek, ga sopan berkeliaran pas malem-malem. Well, untuk
kata-kata di atas aku setuju banget. Cewek itu gimanapun akan terlihat lebih
santun kalau ga keseringan keluar malam kecuali emang untuk hal penting.
“Kenapa sih aku engga
kayak temen-temenku yang boleh keluar malem? Kenapa waktuku Cuma aku habisin
buat ngadep leptop sedangkan temenku pada main di luar sana?” itu jenis
pertanyaan yang sering banget keluar dipikiranku. Pertanyaan sederhana yang
memerlukan jawaban kompleks. Dan biasanya jawaban yang kompleks itu berakhir
menyebalkan buat kita yang melontarkan pertanyaan seperti itu.
Di hitung dari kelas 8
berarti perlu waktu 3 tahun buatku pulang ke rumah di atas jam 7. Itupun karena
persiapan HUT sekolahku yang kebetulan jatuh pas lustrum. Dan dalam masa 3
tahun itu, sedikit banyak aku mulai berpikir lagi tentang apa pentingnya keluar
waktu malem minggu. Terbiasa dengan keadaan malam minggu di rumah aja, ngebuat
aku lebih banyak berpikir lagi tentang apa itu esensi “malam minggu dan hangout”.
Apa itu esensi “malam
minggu dan hangout” buatku? Simpel aja. waktu buat kumpul dengan keluarga. Coba
kita flashback dari hari Senin. Hari Senin, hari pertama dalam satu minggu. Udah
pasti kita bakalan sibuk dengan urusan sekolah. Selasa-Jumat kita sibuk dengan
urusan ikut ekstrakurikuler atau les. Dari 7 hari dalam seminggu, berapa waktu
yang kita alokasikan buat orang tua? Buat keluarga di rumah? Buat sejenak
bercengkrama dengan keluarga di rumah? Cuma 2 hari. Sabtu dan Minggu.
Coba kalian pikir sekali
lagi. Dari 7 hari yang Tuhan kasih buat kita kenapa Cuma 2 hari yang kita sediakan
khusus untuk keluarga? Gimana kalau setiap malam minggu dan hari Minggu kita
keluar rumah? Dari 7 hari waktu kita engga ada yang sekalipun kita sediain buat
orang rumah. Sekarang, siapa sebenernya yang keterlaluan? Kita atau ortu kita?
Aku sadar, I’m not a good
child. Aku bukan anak yang baik. Setiap aku ga suka dengan apa yang ayah/ibuku
bilang, aku pasti langsung sewot tanpa berpikir kenapa ortu sampai bilang hal
seperti itu. Yang paling parah langsung masuk kamar dan main kunci. You can
call me Evil if you want. I deserved for that reason. Tapi pada akhirnya aku
sadar. Orang tua cuma meminta kita memberi 1 hari dari 7 hari kita untuk
mereka. Iya, buat mereka. Untuk mereka mencurahkan kasih sayang mereka ke kita,
buah hati dan buah kasih sayang mereka.
Mungkin kita bakalan
protes. “Kenapa sih harus hari Sabtu waktu aku mau hangout sama temen-temenku? Kenapa
ga lain hari aja?” Satu hal yang pengin aku tanyain ke reader. Kalian tau kan
arti “quality time”? waktu yang berkualitas? Iya, orang tua sebenarnya tidak
meminta hari apa kita kosong, tapi mereka meminta kita meluangkan waktu untuk
sekedar menikmati waktu yang berkualitas dengan keluarga. Kita tidak sedang
membicarakan kuantitas, tapi kualitas. Buat ortu kita, kualitas di atas
kuantitas. Sebanyak apapun kita berinteraksi dengan keluarga atau orang rumah,
kalau waktunya tidak berkualitas semuanya bakalan sama aja. 0 besar. Bohong.
Lagipula, ortu kita
ngelakuin hal itu semata-mata karena mereka sayang sama kita. Bukan niat mereka
tidak memperbolehkan, mereka cuma meminta kita mempertimbangkan apakah hal yang
akan kita lakuin bermanfaat apa engga. Aku yakin, kalau kegiatan yang kalian
lakuin itu bermanfaat, orang tua bakalan mendukung penuh kok ^^
Dan sekarang, aku
bersyukur karena kebiasaan orang tuaku tidak dengan mudah mengizinkan anaknya
keluar malam. Pertama, aku jadi ga terbiasa keluar malam kecuali urusan
mendadak dan penting. Kedua, I have more quality time with my family. Ketiga
dan yang paling penting, orang tuaku peduli dan sayang sama aku.
Akhirnya sampai juga kita
di akhir tulisanku. Dari hal di atas aku sendiri bisa belajar kalau SMA ini aku
udah jarang punya quality time sama keluarga. Tapi aku masih bisa ngerasain
kalau ayah & ibuku masih perhatian, sayang, peduli dan bertanggung jawab
terhadap anaknya. Aku juga berharap orang tua reader sekalian juga perhatian, sayang,
peduli dan bertanggung jawab terhadap kalian ^^
One last qoute:
“Jika kau di ibaratkan rumah, maka teman adalah
bagian-bagian pelengkap dari rumah, dan orang tua serta keluarga adalah tiang
pondasi utama yang berada dalam dirimu. Hargai dan hormati orang tuamu. Sejengkel
apapun kamu dengan mereka, kamu tetaplah orang yang mewarisi darah keduanya.”