Kenapa di sini
aku bahas tentang dedikasi? Sebenernya ide untuk membahas tentang apa itu
dedikasi udah ada dari lama, tapi baru bisa tertuang sekarang. Jadi, sekarang
silahkan menikmati tulisanku yang masih amburadul ini. Kalau ada saran dan
kritik yang membangun jangan sungkan-sungkan untuk diungkapkan. J
Dedikasi.
Apa itu dedikasi?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, dedikasi adalah pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu untuk
berhasilnya suatu usaha atau tujuan yang mulia; pengabdian. Sedangkan
menurut Dictionary.com, Dedication is an
act of consecrating something or devoting oneself; Devotion, as to a cause,
purpose, or career. Jadi dari 2 pengertian tersebut, arti definisi secara
sempit adalah saat dimana kamu meluangkan waktu, tenaga, dan pikiranmu untuk
sesuatu yang kamu suka.
Dedikasi itu bisa
dimulai dari hal yang paling biasa dan sederhana banget. Contohnya ketika kamu
ingin menyelesaikan sebuah novel yang tebelnya minta ampun, kamu ga bakalan
beralih dari novel itu kecuali untuk ibadah, makan, minum, dan ke kamar mandi.
Seluruh waktu, tenaga dan pikiran kamu curahin buat menyelesaikan novel itu.
Terus contoh lagi adalah ketika kamu mendedikasikan diri kamu untuk mengoleksi
hal-hal yang berbau Korea. Entah itu drama, mv, reality show dan lain-lain.
Kamu ga bakalan bosan untuk ngedownload meskipun itu lama dan filenya yang
ngehabisin memori laptop/PC kamu. Aku pernah diceritain seorang temen yang
punya temen. Temennya temenku itu seseorang yang sangat mendedikasikan diri
untuk hal berbau Korea. Dia rela nunggu berjam-jam demi ngedownload Super Show
3 yang besaran muatannya 17 Gigabyte! Bisa kalian bayangin ga seberapa lamanya
ngedownload kayak gitu? 100 Megabyte aja lamanya udah bisa 1 jam, kebayang kan
betapa lamanya? Tapi hal itu sama sekali ga berlaku buat dia yang udah
bener-bener mendedikasikan dirinya untuk ngedownload file itu. Karna apa? Balik
lagi, karna dedikasi.
Seseorang yang
udah mendedikasikan dirinya untuk sesuatu ga bakal mundur begitu saja sampai
apa yang ia inginkan ia dapatkan. Dedikasi itu beda banget sama yang namanya
ambisius. Dedikasi membutuhkan keberanian, keinginan dan keikhlasan untuk
melakukannya sedangkan ambisius itu keberanian dan keinginan yang terlalu
meluap-luap tanpa disertai keikhlasan. Orang ambisius biasanya kesulitan untuk
mengendalikan keinginan dan keberanian mereka, berkebalikan dengan orang yang
berdedikasi yang mampu mengendalikan ketiga unsur tersebut dengan seimbang.
Buatku, dedikasi
sendiri bukanlah hal yang gampang. Meskipun sederhana, justru kesederhanaan itu
yang membuatkan sedikit banyak menyulitkan. Kita boleh bilang bahwa kita adalah
orang yang berdedikasi, tapi setelah ditempa waktu perlahan dedikasi kita mulai
meluntur dan ketika dedikasi itu sendiri udah hilang, kita akan dengan mudah
meninggalkan hal yang awalnya sangat kita junjung untuk kita dedikasikan.
Tapi ada juga
sedikit orang yang menurutku benar-benar berdedikasi di bidangnya. Contoh, bang
Raditya Dika, bang Alit Susanto, Bang Pocong a.k.a Arief Muhammad, Regina dan
Sean Idol. Mereka adalah orang-orang yang mendedikasikan hidup mereka untuk
menulis. Bang Radit, berawal dari buku Kambing Jantan dan kemudian sudah sampai
di Manusia Setengah Salmon, dan dia dengan ikhlas serta berani mendedikasikan
cerita hidupnya untuk dibukukan. Itu sama saja dengan dia mengingat segala
peristiwa yang dia alami dari lahir sampai segede ini, kalau bukan orang dengan
dedikasi tinggi, ga bakal deh mereka mau susah-susah cerita tentang kehidupan
mereka yang justru sebenarnya bisa digunakan untuk kita belajar.
Bang Alit Susanto
a.k.a Shitlicious. Orang yang pengin banget punya buku dari dia masih jadi
siswa sekolahan. Orang yang ga malu buat bilang “Gue adalah orang yang pernah
dapet IP cuma satu koma.” Orang yang rela tinggal jauh dari orang tuanya. FYI,
mama bang Alit ini kalau ga salah di Batam, Kepulauan Riau. Dan karena
dedikasinya itu pula sekarang dia udah punya 3 buku. Masih sedikit, tapi paling
tidak dia udah rela “menggadaikan” masa kuliahnya demi 3 karyanya.
Bang Pocong a.k.a
Arief Muhammad. Siapa sih yang gatau dia? Pertama kali muncul dengan username
twitter @Poconggg semua orang udah penasaran. Kenapa untuk muncul di twitter
aja dia pakai menyembunyikan identitasnya. Balik ke orang berdedikasi. Coba deh
kalian bayangin jadi seseorang kayak James Bond & Ethan Hunt dan Conan
Edogawa a.k.a Shinichi Kudo. Sekalipun mereka fiktif, mereka mengajarkan kita
untuk menjadi orang yang berdedikasi tinggi. Mereka mendedikasikan diri mereka
untuk menumpas kejahatan dan akibat yang harus mereka tanggung adalah mereka
terlihat sebagai orang yang memiliki identitas ganda. Sama kayak bang Arief.
Bedanya dia ga menumpas kejahatan tapi dia punya identitas ganda. Di dunia
twitter, dia adalah @Poconggg sedangkan di dunia nyata dia adalah Arief
Muhammad, seorang mahasiswa Trisakti jurusan hukum. Sekali lagi, dia memiliki
dedikasi tinggi. Kalau bukan orang berdedikasi mana mau dia menyembunyikan
identitasnya? Bukannya lebih enjoy jadi diri sendiri? Yah walaupun identitas
@Poconggg udah terungkap, buatku bang Arief adalah satu satu penulis yang kece.
Regina Ivanova
dan Kamasean Matthews atau yang lebih kita kenal sebagai Regina dan Sean Idol.
Siapa sih yang gatau mereka berdua? Mereka ini perempuan-perempuan hebat dengan
suara emas yang berhasil mengguncang panggung Specta bahkan Indonesia. Apa yang
mereka nyanyi selalu jadi TTWW Twitter. Kenapa mereka berdedikasi? Coba kita
lihat Regina. 6 kali ikut audisi Indonesian Idol dan sekalinya lolos dia
langsung melaju sampai ke Grand Final. 6 kali audisi, ada ga sih orang yang tahan
ditolak 6 kali? Ditolak 2 atau 3 kali aja biasanya orang udah nyerah, tapi
engga dengan Regina. Akhirnya dengan kerja kerasnya, dia bsia berdiri di
panggung Grand Final. Penantiannya selama 6 kali audisi terbayar tuntas bahkan
lebih.
Kamasean Matthews
atau Sean. Di umurnya yang baru aja menginjak 17 tahun, dia adalah salah satu
remaja yang bener-bener mendedikasikan hidupnya dari kecil untuk musik dan
pendidikan. Kenapa musik? Kalian lihat deh, jarang remaja sekarang kalau yang
engga berbakat banget bisa main gitar dan piano dengan apik ditambah suara yang
ciamik. Kalau bukan karna dedikasi tinggi, dia ga bakalan ada di Grand Final.
Kenapa pendidikan? Bisa kita lihat, dia adalah orang yang selalu berprestasi di
sekolahnya. Seseorang yang bahasa Inggrisnya fluent banget. Seseorang yang
berhasil mendapatkan beasiswa full untuk kuliah di salah satu universitas
ternama di Australia. Salah satu keberhasilan Sean sebagai orang yang
berdedikasi tinggi adalah keberhasilannya di bidang musik maupun pendidikan.
Kenapa aku milih
mereka berenam sebagai orang berdedikasi tinggi? Waktu sudah membuktikannya.
Mereka sudah dalam perjalanan meniti tangga kesuksesan. Buatku, mereka adalah
orang-orang yang benar-benar mengerti apa itu arti dari dedikasi, pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu untuk
berhasilnya suatu usaha atau tujuan yang mulia; pengabdian.
Ada lagi contoh
dedikasi yang sudah dihadapi anak kelas X yang sekarang naik kelas XI. What is
it? Yap! Penjurusan. Banyak yang senang karna masuk jurusan pilihannya, banyak
yang kecewa karena gagal masuk jurusan yang diinginkan, dan ada juga yang biasa
aja. kenapa aku memasukkan siswa kelas XI ini ke orang yang berdedikasi? Gini
deh, contohnya aja aku. Mungkin aku emang suka IPS, tapi takdir Tuhan buatku
yang tertulis adalah aku masuk IPA. Mau gamau, suka ga suka aku harus mencoba
mendedikasikan diri untuk jurusan IPA. Buatku pribadi, apa yang udah Tuhan
tuliskan buatku adalah rencana yang kita sendiri gatau akan bermuara dimana dan
bagaimana. Sama dengan mereka yang masuk IPA tapi milih IPS atau mereka yang
masuk IPS. Mau gamau suka ga suka, kita harus mendedikasikan diri untuk jurusan
yang ada di depan kita. Jangan pernah punya pikiran kita engga bisa menaklukkan
IPA/IPS, why? Karena kekuatan sugesti diri sendiri itu jauh lebih kuat dan
manjur daripada sugesti orang lain. Dan ketika kita mensugesti diri untuk
mendedikasikan diri dengan jurusan yang ada di depan mata kita, percaya deh
kita bakalan lebih siap untuk mengarunginya J
Sama aja ketika
kita memilih jurusan saat kuliah. Kita akan mendedikasikan diri untuk jurusan
yang udah kita tetapkan dan engga tergoda dengan jurusan lain. Tapi kita juga
harus sadar, jangan sampai dedikasi kita itu berubah menjadi ambisius.
Contohnya, kita pengin banget masuk kedokteran di salah satu universitas
terbaik negeri. Kita gamau masuk jurusan kedokteran selain di universitas itu.
Entah itu lewat jalur undangan atau SNMPTN di mata kita, kedokteran cuma ada di
universitas itu. Dan ketika kita gagal masuk jurusan kedokteran di universitas
itu, kita cuma bisa menyesali diri. Akan banyak kata ‘andaikan’ yang tercipta.
Andaikan aku dulu engga ngotot di situ, andaikan aku dulu lebih terbuka sama
jurusan lain, andaikan aku dulu punya pikiran daftar univ lain dengan jurusan
yang sama dan andaikan yang lainnya. Jangan sampai, dedikasi tinggi kita yang
berubah menjadi ambisius sampai membakar diri kita sendiri.
Akhirnya, sampai
juga kita di akhir tulisanku. Dari semua pemaparanku di atas tentang dedikasi,
aku cuma pengin aku dan reader bisa belajar untuk menjadi orang yang
berdedikasi. Ga perlu dari hal yang langsung besar, perlahan kita mulai dari
hal yang gampang dan sederhana. Dan satu quote dariku...
“Setiap orang berdedikasi tinggi pasti akan
menemui kegagalan di awal perjalanannya, bahkan dedikasi tingginya bisa berubah
menjadi ambisius. Tapi justru komponen dedikasi, yaitu keberanian, keinginan
dan keikhlasan itulah yang akan menuntunnya kembali menuju kesuksesan.”
Dedikasi dibutuhkan untuk belajar apapun. Terimasih atas tulisannya.
BalasHapusSekolah Musik