Kau datang bersama hujan,
dan kepergianmu pun diiringi oleh hujan.
Jika kedatanganmu diiringi
rintik hujan dalam suasana sunyi nan syahdu, maka kepergianmu diiringi rintik
hujan kesedihan.
Rintik hujan yang datang
dari mataku, begitulah aku biasa menyebutnya.
Kau adalah yang pertama
namun bukan yang utama.
You’re the first but not the only one.
Karena setelah bersamamu,
aku menemukan cerita yang lain.
Bukan cerita hujan
sepertimu, kali ini cerita yang berkebalikan darimu.
Namun, ia menghadirkan
sensasi baru yang menyebalkan.
Aku menyebutnya, penyesalan.
Aku tidak terlalu
menikmati hujan, tapi bersamamu adalah perkecualian.
Karena apa? Karena aku
menemukanmu datang untukku bersama rintik hujan.
Perlu aku ulangi? Ya, aku menemukanmu datang untukku bersama
rintik hujan.
Aku masih menyimpan sisa
kepingan ceritanya.
Menyimpan sebuah kenangan
yang mungkin terlihat usang dan tak berharga bagimu.
Jutaan pixel warna yang
akhirnya bergabung jadi satu.
Hanya satu, namun cukup menggambarkan perasaan
kita dulu.
Senyuman itu, tatapan
itu, dan kehangatan itu.
Semuanya masih terbingkai
rapi dan utuh dalam kesatuan jutaan pixel warna.
Dan beberapa saat yang
lalu, tak sengaja aku bertemu denganmu lagi.
Kau mau tahu apa yang
lebih menyebalkan dari tak sengaja bertemu denganmu lagi?
Aku menemukan bahwa kau
datang bersama rintik hujan.
Entah dari Tuhan atau
dari hatiku, kau datang bersama rintik hujan.
Aku berdoa pada Tuhan,
ini adalah mimpi.
Namun, aku salah.
Pertemuan kita nyata dan
kau pun juga nyata.
Senyata rintik hujan yang
menerpa tubuhku.
I don’t want waste my time on you, but I do.
Terkadang, aku masih
sedikit menolehkan pandanganku padamu ketika ada seseorang yang berusaha
menggapaiku.
“Ah, dia tidak sepertimu.”
Hal ini membuatku lelah
dan muak.
Bagaimana aku masih bisa
melihatmu padahal kau sudah berada dalam buku yang berbeda dariku?
Dan yang lebih melelahkan
adalah sahabat-sahabatku yang selalu mengatakan bahwa cerita yang aku jalani akan terasa lebih lengkap jika kau kembali
datang dan menulis lanjutan kisahnya bersamaku.
Sebenarnya, aku yang
menginginkanmu bersamaku atau sahabat-sahabatku yang menyukaimu?
Sebentar lagi, kau akan
pergi dan aku akan tetap disini.
Kau akan berjalan menuju
dunia yang lebih nyata daripada duniaku.
Perlahan tapi pasti, kita akan mulai belajar
melupakan diri kita masing-masing.
Kau yang akan berkelana
dalam dunia nyata yang lebih nyata.
Aku yang sementara waktu
ini akan menjelajah dalam dunia yang pernah kita diami bersama.
Tapi aku rasa, kata
melupakan akan terdengar menyakitkan.
Mungkin akan lebih tepat
jika aku mengatakan, mari kita tetap
berjalan ke depan tanpa meninggalkan kenangan indah yang pernah dibingkaikan
Tuhan untuk kita.
Kau adalah pelajaran yang
pernah Tuhan berikan untukku.
Pelajaran pertama mengenai bagaimana menjaga hati
hanya untukmu seorang, bukan untuk yang lain.
Dan untuk pelajaran indah
itu, aku berterima kasih padamu =]
NB:
Salah satu sahabatku
pernah berkata,
“Let past stay at the past, but what
if the past come to present or maybe future? What will you do?”