Untukmu,
Seseorang yang ingin terus ku sebut dalam doaku.
Pernahkah kau berfikir lebih lanjut mengenai hubungan
kita? Pernahkah kau berfikir lebih dalam tentang aku? Pernahkah kau merasakan
dengan hatimu kegundahanku? Aku rasa, kau takkan berfikir hal ini karna kau
selalu merasa cukup dengan kasih sayang yang aku berikan.
Aku tidak haus akan kasih sayangmu, sungguh! Aku juga
tidak peduli apa julukanmu di masa lalu. Bagiku, hari ini kau adalah kekasih
yang suatu saat nanti di masa mendatang bisa menjadi pendampingmu. Aku juga menutup
mata dan telingaku ketika kawan-kawanku membicarakan masa lalumu di hadapanku.
Sekali lagi, bagiku, hari ini kau adalah kekasihku tak peduli apa dan bagaimana
masa lalumu.
Terkadang, mereka mengatakan aku terlampau bodoh untuk alasan
mengapa aku masih menggenggam erat tanganmu. Aku tidak akan menyangkalnya,
namun aku juga takkan membenarkannya. Aku hidup untuk diriku sendiri, bukan
untuk mereka. Dan jika memang menyayangi adalah sebuah kesalahan, kau adalah
kesalahan yang indah.
Tapi detik ini, ketika aku kembali bertanya pada hatiku,
aku menemukan sebuah keraguan disana. Benarkah kau akan setia padaku? Benarkah
kau akan tetap di sampingku? Benarkah bahwa kau takkan pergi dariku? Jika aku
hitung, mungkin aku memiliki ratusan pertanyaan yang berawalkan ‘benarkah’ dan
diakhiri dirimu. Apakah itu perasaan yang wajar? Entahlah, aku sendiri juga tak
tahu.
Dan keraguanku semakin bertambah ketika aku tak bisa
membaca gurat wajahmu saat aku bertanya,”apakah kau benar-benar menyayangiku?”
Saat itu semuanya terasa hening, hanya ada kau, aku, dan kalimat ‘apakah kau
benar-benar menyayangiku’. Selebihnya, semua terasa bagai ilusi. Aku diam, aku
bingung, bagaimana bisa kau sendiripun ragu untuk menjawab pertanyaanku. Apakah
pertanyaanku terlalu menyudutkanmu?
Sejujurnya, aku pun ingin sesegera mungkin menghapus
keraguanku terhadapmu. Setidaknya, ucapkanlah satu saja kata manis yang
benar-benar kau ucapkan dengan hatimu, bukan dengan pikiran apalagi dengan
bibirmu. Aku percaya, kejujuran seseorang terpancar dari seberapa dalam
suaranya dan bagaimana tatapan matanya.
Tapi sekali lagi, bukannya yakin padamu aku justru
semakin ragu. Bagaimana tidak? Caramu mengungkapkan kata manismu terasa seperti
seseorang yang sedang mengobral cintanya, bukan seseorang yang berusaha
mengatakan seberapa ia membutuhkan kekasihnya. Apakah ini yang orang katakan
sebagai omong kosong?
Cinta bukanlah cinta jika kau belum merasakan sakitnya,
tapi apakah aku juga harus merasakan kesakitan yang amat sangat sampai kau
menyadari bahwa aku selalu melihatmu dalam jarak pandangku?
Dalam lubuk hatiku, akupun ingin mengatakan pada semua
orang bahwa ini bukanlah kau yang sesungguhnya. Tapi apakah dengan berteriak
dengan sepenuh hati semua orang akan mendengarku dan langsung setuju begitu
saja? aku rasa, aku harus menemukan jalan yang lebih baik untuk membuktikan
siapa kau, siapa aku, siapa kita tanpa harus membuktikan bahwa jalan yang
mereka pilih adalah salah.
Aku mungkin belum mengerti apa yang ku inginkan, tapi
setidaknya aku mengerti apa yang tidak ku inginkan dan salah satu hal yang
tidak aku inginkan adalah berpisah darimu. Mungkin jauh lebih menyenangkan
diguyur dinginnya hujan daripada berjalan tanpamu.
Inilah kenyataan, sesuatu yang berat untuk dikatakan dan
berat untuk disembunyikan. Ia akan selalu muncul sehebat dan secerdik apapun
kita menyembunyikannya.
Pada akhirnya, aku pun akan tetap pada pendirianku, bahwa
hari ini kau adalah kekasihku tak peduli apa dan bagaimana masa lalu. Walaupun
rasanya seperti menjejakkan satu kaki di dunia dongeng dan satu kaki di dunia
nyata, aku sendiri akan mencoba untuk tak menyesali keputusanku sendiri.
Jalan yang aku ambil mungkin akan meninggalkan luka
bagiku, tapi akan jauh lebih baik daripada aku menyesal karna tak pernah
mencoba memperjuangkanmu. Selama kau masih bersamaku dan aku masih bersamamu,
semuanya akan terasa baik-baik saja. ya, baik-baik saja, untuk kita.
Tertanda,
Seseorang yang
mempercayakan hatinya untukmu.
harus
BalasHapushope he will read :')
BalasHapushope she will read :)
BalasHapus