Hallo pals! HAPPY NEW
YEAR all! Selamat menikmati tahun 2013 yang masih penuh teka-teki.
Sebelumnya, aku mau
bilang makasih buat Prata XVIII a.k.a anak-anak Kapal Selam yang sudah
memperbolehkan aku sama Nanda lihat latihan Caraka XIX yang bakalan ikut RAMAKA
besok Minggu. Karena tulisan ini ada setelah aku lihat mereka latihan. I owe
you guys. Oh iya, buat lomba besok Minggu, DO YOUR BEST AND GOD THE REST
#WeAreSmansa
Cao!
Tanggung jawab. Apa sih
hal yang melintasi kepala kalian begitu mendengar kata tanggung jawab? Sesuatu
yang kita emban? Semacam itu mungkin ya. Sesuatu yang membuat kita selalu sadar
kalau kita di dunia ini bukan sekedar santai aja.
Buatku, tanggung jawab
itu seolah harapan yang menyatu. Harapan yang membuat kita berusaha keras untuk
mewujudkannya. Harapan yang akan mengabur dengan indah ketika telah
terselesaikan. Sesuatu yang sepertinya berat, berat banget tapi ringan kalau
kita melakoni dengan hati yang ikhlas.
Kalian ingat kan dengan
perkataan orang yang bilang di pundak kita ini tersampir tanggung jawab yang
besar. Well, aku setuju dengan pandangan seperti itu. Sekarang, coba kalian
lihat pundak kalian. Di pundak yang tempatnya ga seberapa dari besar badan kita
justru dia yang membawa beban berat. Kenapa engga kepala? Kenapa engga tangan
atau bagian tubuh yang lain? Mungkin Tuhan memilih pundak karena disana
terdapat dua malaikat yang akan selalu membuat kita ingat apa tanggung jawab
kita.
Di pundak kita ini,
sekarang ada tanggung jawab sebagai anak dan tanggung jawab sebagai pelajar.
Sedangkan ketika kita udah dewasa, tanggung jawab kita akan bertambah seiring
berlalunya waktu. Tanggung jawab sebagai kakak, tanggung jawab sebagai ibu,
tanggung jawab sebagai ayah, tanggung jawab sebagai kepala keluarga, dan
tanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga. Sedikit sih kelihatannya tapi
justru yang sedikit ini yang membuat kita harus tetap berpijak di bumi.
Tapi diantara itu semua,
hal terpenting adalah tanggung jawab kita sebagai manusia. Iya, manusia.
Tanggung jawab kita kepada Tuhan yang menciptakan kita, yang memberikan kita
nyawa dan yang membuat kita ada di dunia ini. Gimana caranya bertanggung jawab
kepada Tuhan? Menurutku ada banyak cara tapi yang paling simpel adalah berusaha
sebaik-baiknya kita dalam melakukan segala hal entah yang kecil ataupun yang
besar dan ga lupa disertai rasa ikhlas.
Kadang, aku ngerasa
tanggung jawab itu berat. Bohong banget kalau aku bilang tanggung jawab itu
enteng. Mungkin iya akan terasa enteng kalau kita sungguh-sungguh dalam
melakukannya tapi itu juga bukan berarti meremehkannya. Besar kecilnya tanggung
jawab ga akan berpengaruh toh pada akhirnya hal itu ada sesuatu yang kita emban
untuk kita laksanakan hingga tuntas.
Salah satu contoh dari
tanggung jawab menurutku adalah melanjutkan kuliah. Iya, melanjutkan kuliah.
Salah satu pertanggungjawaban kita ke orang tua sebagai anak. Bohong lagi deh
kalau aku bilang aku belum memikirkan kuliah padahal masih kelas 11 gini.
Setidaknya, seorang anak akan berharap apa yang ia pilih akan sama dengan yang
orang tua inginkan. Pada kenyataannya, itu bukan hal yang gampang.
Syukur-syukur kalau sama, kalau anaknya mau A orang tua B gimana?
Aku juga sadar, dari awal
aku adalah seorang pemberontak. Keluarga dari ayah itu pecinta alam sejati dan
aku ga ngikutin jejaknya sama sekali. Keluarga dari ibu itu punya trah hukum
yang kuat dan aku dengan pedenya bilang aku bakalan masuk hukum sebagai opsi
terakhir kalau aku kuliah. Semacam ini bisa dianggap pemberontak kan?
Aku mungkin pemberontak,
tapi juga aku gamau membuat tanggung jawabku sebagai anak mengabur begitu aja
Cuma karena ga ngikutin jejak keluarga ayah dan ibuku. Akhir-akhir ini orang
tua lagi hobi nyuruh aku besok ambil sekolah dengan ikatan dinas. Karena ikatan
dinas bakalan setidaknya menjamin ketika kita lulus kuliah bahwa kita punya
pekerjaan. Bukan, bukannya aku meremehkan kuliah tanpa ikatan dinas tapi di
dunia yang emang udah ganas, panas, dan penuh kelicikan ini berusaha survive
bukan hal yang salah kan?
Tapi aku sendiri juga
gamau gegabah dengan langsung bilang iya. Emang jaminan, tapi ada juga tuntutan
IP yang tiap semesternya segini, penempatan kerja di luar Jawa dan segala
pertimbangan yang lain. Apalagi aku masih minat sama kuliah di universitas yang
aku pengin. Lagipula masih ada waktu 1 tahun lagi untuk berpikir.
Ada satu
advice dari kakak sepupu yang masih aku inget sampai sekarang. Kata dia “Ini kuliah dek, ini tentang gimana jalan
kehidupanmu di masa depan. Bukan lagi yang mengkotak-kotakkan anak-anak dalam
jurusan lagi. Kuliah itu kawah candradimuka buat kita yang sebentar lagi jadi
orang dewasa seutuhnya. Jangan main-main, karena kalau kamu main-main, sama aja
kamu bermain dengan kehidupanmu di masa depan.”
Dan selama waktu satu
tahun ke depan, aku bakalan berusaha untuk nilai yang lebih baik dan ga lupa
memantapkan kemana kaki ini bakalan berjalan. Setidaknya nilai yang baik adalah
salah satu tanggung jawab kecil sebagai anak yang selalu bisa dicicil ke orang
tua :]
One last quote:
“berat atau ringan, kecil atau besarnya tanggung
jawab terngantung dengan siapa ia berkutat. Semakin ikhlas tanggung jawab
dijalani, semakin terang garis finish akhir dari tanggung jawab itu.”
Yang jelas, semangat jangan di awal doang. Yang bisa buat kamu semangat cuma diri kamu sendiri kak :)
BalasHapusanda benar sekali young master :D hehehee
HapusTeruslah berusaha keras untuk menggapai mimpi-mimpi mu dek yang belum kesampai bahkan mungkin belum muncul, selagi merubah mimpi-mimpi tersebut menjadi sebuah rencana yang realistis dan tentunya jangan lupa untuk selalu bersyukur kepada-Nya agar dapat selalu bahagia. Semangat ya! Tingkat 11 itu cepat. Sukses untukmu! ^_^
BalasHapusmuehehehe terima kasih nyonya yovie :3 sukses juga buat kamu mb :D
BalasHapus