Saya kembali!
Sebenernya sih saya udah
nulis di bulan Januari ini, tapi berhubung banyak kritikan yang masuk ke saya,
saya jadi semangat buat nulis lagi. Karena kritikan dan pujian harus seimbang.
Lagipula dunia tulis-menulis itu seperti kita yang sedang naik roller coaster.
Ada saat tulisan kita bagus, ada saat tulisan kita biasa aja dan ada saat
tulisan kita kurang bagus. Well, setidaknya saya menikmati menulis.
Oke, posting saya kali
ini agak formal. Udah kelihatan juga kan dari penggunaan kata ganti “saya”
padahal biasanya dominan “aku”. Daripada saya banyak omong, enjoy it please.
Mimpi.
Sebenernya, mimpi itu
apa? Apa gunanya punya mimpi? Apa mimpi itu sekedar bunga tidur atau apa?
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia atau KBBI, mimpi adalah sesuatu yang terlihat atau dialami di
tidur; angan-angan. Sedangkan menurut The
New Oxford American Dictionary, Dream is a series of thoughts, images, and
sensations occuring in a person’s mind during sleep; a state of mind in which
someone is or seems to be unaware of their immediate surroundings; a cherished
aspiration, ambition, or ideal; an unrealistic or self-deluding fantasy.
Sependek apapun definisi
mimpi menurut KBBI dan sepanjang apapun definisi dream menurut The New Oxford
American Dictionary, buat saya mimpi adalah sesuatu yang ingin saya raih dan
saya wujudkan. Iya, sesimpel itu.
Mimpi itu bukan
matematika. Mimpi itu tidak bisa dihitung, dikalkulasi, dikali, dibagi,
dikurangi atau di rangkaikan dengan kalimat matematika yang lain. Tapi satu
hal, mimpi selalu bisa ditambah. Lagipula, mimpi itu tidak seperti matematika
yang mengenal limit. Mimpi itu tidak terbatas. Unlimited. Setiap orang entah
bagaimanapun statusnya di masyarakat, tua-muda, pria-wanita, kaya-miskin pasti
mereka mempunyai mimpi.
Buat saya, tidak ada
mimpi yang terlihat sederhana, kecil, remeh, biasa saja dan lain-lain. Bukan,
bukan karena saya tidak menghargai mimpi yang kecil atau yang bagaimana. Tapi
buat saya, sekecil, sesederhana, seremeh, sebiasa saja mimpi seseorang, mimpi
yang tulus dan dari dalam hati akan selalu membawa impact yang besar terhadap
orang tersebut. Belum lagi jika mimpinya menyangkut orang banyak. Jadi buat
saya, semua mimpi itu besar dan patut dikejar.
Kita boleh menikmati
mimpi kita, kita boleh tenggelam dalam mimpi kita, kita boleh terbuai akan
mimpi kita tapi jangan sampai mimpi itu hanya sekedar menjadi sesuatu yang
terhenti di bibir. Buat apa mimpi tanpa sebuah usaha keras untuk mewujudkannya?
Ibarat sebuah rumah, kita hanya bisa membangun pondasinya saja tanpa bisa
membuat rumah itu menjadi utuh dan terlihat indah. Iya, mimpi yang diucapkan
tanpa diusahakan adalah omong kosong belaka. Tong kosong berbunyi nyaring.
Tapi, bermimpi tidak
selalu menyenangkan dan menghasilkan sesuai yang kita inginkan. Seperti hukum
alam yang berlaku, selalu ada Yin bersama Yang. Selalu ada hitam bersama putih.
Selalu ada keburukan bersama kebaikan. Dan selalu ada kegagalan bersama
keberhasilan. Satu mimpi terwujud, maka akan ada satu mimpi yang layu.
Banyak orang yang memilih
mundur dan menghapus mimpinya lebih dahulu daripada berusaha memperjuangkannya.
Tidak semua mimpi bisa terwujud, itu pasti. Tapi apa karena alasan yang sudah
merupakan hukum alam itu membuat kita kalah sebelum berperang? Mati sebelum
tertancap pedang di jantung? Hukum alam selamanya akan menjadi hukum alam
kecuali Tuhan yang mengubahnya. Yang perlu kita lakukan adalah berusaha membuat
mimpi kita ada dan berwujud.
Saya punya banyak mimpi. Satu
waktu pernah sebagian dari mimpi ini saya tulis di bio Twitter. Duta besar,
blogger terkenal dan penulis dengan ratusan karya yang berguna. Saya tidak
punya niatan pamer, bergaya atau apapun. Saya cuma mau membuat diri saya terus
mengingat apa yang saya impikan dan saya harapkan. Membuat mata saya tetap
terbuka bahwa mimpi ini ada dan harus saya perjuangkan seterjal apapun
jalannya. Mungkin saja mimpi saya tidak terwujud, tapi saya tidak akan menyesal
karena saya pernah mencoba memperjuangkannya. Toh, garis kehidupan ini sudah
ditentukan oleh Tuhan bukan? Baik buruknya jalan kita sudah diperhitungkan
dengan cermat oleh Tuhan.
Saya juga punya satu
mimpi yang kadang saya anggap nonsense. Tapi Tuhan saja tidak mengenal kata nonsense
bagaimana manusia yang ciptaan-Nya justru begitu percaya pada nonsense?
Mimpi saya adalah saya
mau bersekolah di sekolah kedinasan. Karena saya sendiri suka dengan hal-hal
berbau kebumian maka pilihan saya jatuh ke Akademi Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika atau AMKG di Jakarta. Saya tahu akademi ini dari tante saya karena
tante saya lulusan AMKG. Saya sendiri masih bingung kenapa AMKG? Kenapa bukan
IPDN yang lebih klik ke saya apalagi dengan sikap semacam saya ini?
Saya sadar, bahwa saya
punya hati dan hati saya memilih bahwa saya setidaknya harus mencoba AMKG. Saya
tidak mau bahwa mimpi saya untuk masuk ke AMKG cuma seperti kabut tipis. Datang,
membawa sensasi dingin lalu hilang begitu saja. Saya tidak mau mimpi saya mati
karena saya goyah dengan diri saya sendiri.
Tapi ada kalanya mimpi
saya harus layu. Dulu, saya sempat berniat lanjut bersekolah di Jogja, tepatnya
SMA 8 Jogja atau Delayota. Tapi yang namanya kuasa Tuhan manusia bisa apa? Tepat
2 hari sebelum UN, saya masuk rumah sakit karena demam berdarah. It’s suck. Ketika
saya sudah membangun mimpi saya, ternyata apa yang saya impikan tidak sesuai
dengan kehendak Tuhan. Sekarang, saat saya menulis tulisan ini, saya samasekali
tidak pernah menyesal berada di SMANSA KLATEN. Memang disinilah tempat saya. Menjalani
3 tahun masa pelajar putih abu-abu di tempat yang mempertemukan saya dengan
kawan-kawan seperjuangan yang begitu luar biasa. Dan untuk hal ini, saya selalu
berterima kasih pada Tuhan.
Pada akhirnya, saya
banyak belajar bahwa hidup ini perlu keseimbangan. Harus ada kegagalan yang
datang sebelum keberhasilan yang bertubi-tubi. Lagipula, bagi saya mimpi itu
seperti tanaman. Harus dipupuk dan terkadang dirapikan, karena mimpi yang liar
dan tidak terkendali juga tidak baik bagi mereka yang memimpikannya.
One last qoute:
“Salah adalah ketika kita membiarkan mimpi kita
menggantung tanpa kita berusaha meraihnya.”
Ditambahin cara biar orang-orang pada gak takut bermimpi kak, di luar sana masih banyak yg gak mau bermimpi sampe akhirnya mereka cuma diem aja, cuma ngikutin arus hidup mereka sambil menunggu takdir ...
BalasHapus