Sabtu, 05 Januari 2013

Lihat Pundakmu, dan Temukan Tanggung Jawabmu


Hallo pals! HAPPY NEW YEAR all! Selamat menikmati tahun 2013 yang masih penuh teka-teki.
Sebelumnya, aku mau bilang makasih buat Prata XVIII a.k.a anak-anak Kapal Selam yang sudah memperbolehkan aku sama Nanda lihat latihan Caraka XIX yang bakalan ikut RAMAKA besok Minggu. Karena tulisan ini ada setelah aku lihat mereka latihan. I owe you guys. Oh iya, buat lomba besok Minggu, DO YOUR BEST AND GOD THE REST #WeAreSmansa

Cao!
Tanggung jawab. Apa sih hal yang melintasi kepala kalian begitu mendengar kata tanggung jawab? Sesuatu yang kita emban? Semacam itu mungkin ya. Sesuatu yang membuat kita selalu sadar kalau kita di dunia ini bukan sekedar santai aja.

Buatku, tanggung jawab itu seolah harapan yang menyatu. Harapan yang membuat kita berusaha keras untuk mewujudkannya. Harapan yang akan mengabur dengan indah ketika telah terselesaikan. Sesuatu yang sepertinya berat, berat banget tapi ringan kalau kita melakoni dengan hati yang ikhlas.

Kalian ingat kan dengan perkataan orang yang bilang di pundak kita ini tersampir tanggung jawab yang besar. Well, aku setuju dengan pandangan seperti itu. Sekarang, coba kalian lihat pundak kalian. Di pundak yang tempatnya ga seberapa dari besar badan kita justru dia yang membawa beban berat. Kenapa engga kepala? Kenapa engga tangan atau bagian tubuh yang lain? Mungkin Tuhan memilih pundak karena disana terdapat dua malaikat yang akan selalu membuat kita ingat apa tanggung jawab kita.

Di pundak kita ini, sekarang ada tanggung jawab sebagai anak dan tanggung jawab sebagai pelajar. Sedangkan ketika kita udah dewasa, tanggung jawab kita akan bertambah seiring berlalunya waktu. Tanggung jawab sebagai kakak, tanggung jawab sebagai ibu, tanggung jawab sebagai ayah, tanggung jawab sebagai kepala keluarga, dan tanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga. Sedikit sih kelihatannya tapi justru yang sedikit ini yang membuat kita harus tetap berpijak di bumi.

Tapi diantara itu semua, hal terpenting adalah tanggung jawab kita sebagai manusia. Iya, manusia. Tanggung jawab kita kepada Tuhan yang menciptakan kita, yang memberikan kita nyawa dan yang membuat kita ada di dunia ini. Gimana caranya bertanggung jawab kepada Tuhan? Menurutku ada banyak cara tapi yang paling simpel adalah berusaha sebaik-baiknya kita dalam melakukan segala hal entah yang kecil ataupun yang besar dan ga lupa disertai rasa ikhlas.

Kadang, aku ngerasa tanggung jawab itu berat. Bohong banget kalau aku bilang tanggung jawab itu enteng. Mungkin iya akan terasa enteng kalau kita sungguh-sungguh dalam melakukannya tapi itu juga bukan berarti meremehkannya. Besar kecilnya tanggung jawab ga akan berpengaruh toh pada akhirnya hal itu ada sesuatu yang kita emban untuk kita laksanakan hingga tuntas.

Salah satu contoh dari tanggung jawab menurutku adalah melanjutkan kuliah. Iya, melanjutkan kuliah. Salah satu pertanggungjawaban kita ke orang tua sebagai anak. Bohong lagi deh kalau aku bilang aku belum memikirkan kuliah padahal masih kelas 11 gini. Setidaknya, seorang anak akan berharap apa yang ia pilih akan sama dengan yang orang tua inginkan. Pada kenyataannya, itu bukan hal yang gampang. Syukur-syukur kalau sama, kalau anaknya mau A orang tua B gimana?

Aku juga sadar, dari awal aku adalah seorang pemberontak. Keluarga dari ayah itu pecinta alam sejati dan aku ga ngikutin jejaknya sama sekali. Keluarga dari ibu itu punya trah hukum yang kuat dan aku dengan pedenya bilang aku bakalan masuk hukum sebagai opsi terakhir kalau aku kuliah. Semacam ini bisa dianggap pemberontak kan?

Aku mungkin pemberontak, tapi juga aku gamau membuat tanggung jawabku sebagai anak mengabur begitu aja Cuma karena ga ngikutin jejak keluarga ayah dan ibuku. Akhir-akhir ini orang tua lagi hobi nyuruh aku besok ambil sekolah dengan ikatan dinas. Karena ikatan dinas bakalan setidaknya menjamin ketika kita lulus kuliah bahwa kita punya pekerjaan. Bukan, bukannya aku meremehkan kuliah tanpa ikatan dinas tapi di dunia yang emang udah ganas, panas, dan penuh kelicikan ini berusaha survive bukan hal yang salah kan?

Tapi aku sendiri juga gamau gegabah dengan langsung bilang iya. Emang jaminan, tapi ada juga tuntutan IP yang tiap semesternya segini, penempatan kerja di luar Jawa dan segala pertimbangan yang lain. Apalagi aku masih minat sama kuliah di universitas yang aku pengin. Lagipula masih ada waktu 1 tahun lagi untuk berpikir.

Ada satu advice dari kakak sepupu yang masih aku inget sampai sekarang. Kata dia “Ini kuliah dek, ini tentang gimana jalan kehidupanmu di masa depan. Bukan lagi yang mengkotak-kotakkan anak-anak dalam jurusan lagi. Kuliah itu kawah candradimuka buat kita yang sebentar lagi jadi orang dewasa seutuhnya. Jangan main-main, karena kalau kamu main-main, sama aja kamu bermain dengan kehidupanmu di masa depan.”

Dan selama waktu satu tahun ke depan, aku bakalan berusaha untuk nilai yang lebih baik dan ga lupa memantapkan kemana kaki ini bakalan berjalan. Setidaknya nilai yang baik adalah salah satu tanggung jawab kecil sebagai anak yang selalu bisa dicicil ke orang tua :]

One last quote:
“berat atau ringan, kecil atau besarnya tanggung jawab terngantung dengan siapa ia berkutat. Semakin ikhlas tanggung jawab dijalani, semakin terang garis finish akhir dari tanggung jawab itu.”

4 komentar:

  1. Yang jelas, semangat jangan di awal doang. Yang bisa buat kamu semangat cuma diri kamu sendiri kak :)

    BalasHapus
  2. Teruslah berusaha keras untuk menggapai mimpi-mimpi mu dek yang belum kesampai bahkan mungkin belum muncul, selagi merubah mimpi-mimpi tersebut menjadi sebuah rencana yang realistis dan tentunya jangan lupa untuk selalu bersyukur kepada-Nya agar dapat selalu bahagia. Semangat ya! Tingkat 11 itu cepat. Sukses untukmu! ^_^

    BalasHapus
  3. muehehehe terima kasih nyonya yovie :3 sukses juga buat kamu mb :D

    BalasHapus