Jumat, 13 Juli 2012

STALKING


 
Hola-halo ma bro! Aku balik lagi buat nulis. Kali ini aku mau nulis tentang “stalker”. Aduh sok bahasa twitter banget yaa, biasa kan aku tweeple a.k.a twitter  people hahaha B). Apapun tentang stalker, stalked, dan stalking sebisa mungkin akan aku coba untuk uraikan menurut pendapatku. So, please enjoy it guys!
PS: Jangan lupa kritik saran yaa =]
Menurut Kamus English-Indonesia dari Peter Salim, Stalk/stalked/stalking/stalks artinya mendekati binatang liar dengan hati-hati. Sedangkan Stalker adalah orang yang mengintip binatang liar. Lain lagi menurut The New Oxford American Dictionary yang mengartikan stalk untuk verb sebagai pursue or approach; harass or prosecute (someone) with unwanted and obsesssive attention; move silently or threateningly through a place; stride somewhere in a proud, stiff, or angry manner. Kalau pengartian dengan stalk untuk noun adalah a stealthy pursuit of someone or something; a stiff, striding gait. Pendeknya, stalk adalah kegiatan mengintip secara diam-diam seseorang untuk mengetahui apa yang dilakukan orang tersebut.
Menurut pendapatku, stalking itu bisa dibedakan jadi 2 jenis. Social Network Stalking/SNS dan Social Life Stalking/SLS. Dari 2 itu, yang paling enteng tapi mungkin gampang menimbulkan kesalahpahaman adalah social network stalking. Sedangkan yang extreme adalah social life stalking.
Social Network Stalking/SNS itu bisa kita lakukan dengan stalking di twitter atau facebook. Contoh, kamu punya someone yang lagi menarik perhatian kamu, terus karna kamu masih buta tentang dia a.k.a kamu belum tau status dia available or taken, kamu buka twitter dia. Kamu liatin TLnya, ada engga cewek/cowok yang lagi sering banget mentionan sama someonemu itu. Kalau engga ada pastinya bersyukur kalau ada sebelum janur kuning melengkung apapun bisa diusahakan (?). Prosedur yang sama bisa juga dilakukan di facebook. Bedanya kalau di facebook itu siapa yang lagi hobi wall to wall sama dia. Tapi, hal itu semua ga akan ada gunanya kalau twitternya di protect atau di private tweet. Good newsnya kalau kalian udah saling nge-follow that’s not a big problem. Tapi gimana kalau kalian samasekali engga saling nge-follow? Well, let’s singing sayonara for stalking his/her twitter. Sama juga dengan facebook, kalau kalian belum temenan ya say goodbye deh.
Social Life Stalking/SLS itu selain kamu stalking social networknya, kamu juga stalking hidup dia. Dari dia mulai bangun tidur, sekolah, dia ada ekstra apa, dia ikut les apa aja, sampai balik tidur itu kamu hafal di luar kepala! Saat kamu di tingkat SLS ini, kamu justru lebih tahu apa yang bakalan dia lakuin daripada dia sendiri. Dan kalau keterusan, kamu bakalan jadi sasaeng fans dia. Sasaeng fans itu semacam fans yang bertindak absurd banget demi mengetahui kehidupan idolanya. Contoh, masang CCTV di area parkir si idol, nungguin di depan rumah idol, ngikutin kemanapun idol pergi dan lain-lain. Ibaratnya, kalian itu kayak ekornya idol yang selalu ikut kemanapun dia pergi. Kalau udah yang kayak gitu, siap-siap deh berhadapan sama pihak berwajib. Kenapa? Jelas banget, itu annoying. Kalian menganggu ketenangan idol kalian sendiri. Emang, kehidupan idol itu konsumsi publik, tapi masa ga boleh sih mereka punya sedikit ruang privasi mereka? Fans sejati pasti tahu batasanlah. Oh iya, sasaeng fans itu istilah dalam dunia Hallyu tapi menurutku bisa juga diterapkan di seluruh dunia.
Nah sekarang, aku tanya. Kalian itu termasuk golongan apa? Social Network Stalking/SNS atau Social Life Stalking/SLS? Pasti kebanyakan kalian dalam hati bilang “Aku cuma stalking twitter doang kok. Amit-amit sampai jadi ekornya.” Tapi mungkin tanpa kalian sadari kalian mulai menuju tahap Social Life Stalking/SLS. Contoh paling gampang yaa itu, kalian hafal apa kebiasaan yang sering dia lakukan. Sederhana, tapi kalau tidak diamati secara cermat ga bakalan ada orang yang memperhatikan. Ngaku ga? Pasti ada walaupun kalian engga ngaku.
Balik ke pokok bahasan. Aku sendiri juga sadar, jadi stalker seseorang itu sedikit banyak perlu pengorbanan. Kalau ada yang bilang stalking itu enak, asyik, you gotta wrong guys. Para stalker di luar sana pasti walaupun sedikit pasti sakit liat orang yang dia stalking engga sadar dengan keberadaan dia. Mana ada orang yang tahan nge-stalk seseorang yang ternyata udah taken? Well, kalau ada aku kasih standing applause. Kalian hebat bisa bertahan dengan sakit hati yang pasti nyesek banget.
Menurutku, jadi stalker itu pilihan. Stalker memilih untuk mendedikasikan sedikit dari waktu hidup mereka untuk mengetahui kehidupan seseorang yang mungkin engga tau dengan kehidupan stalker itu. Dalam kamus para stalker, ga ada kata terpaksa untuk jadi stalker. Mereka melakukannya atas keinginan diri sendiri, murni dari dalam hati mereka sendiri. Justru mungkin saat mereka engga nge-stalk, mereka akan menyesal sendiri. Jangan nganggap para stalker itu absurd atau weird. Mereka adalah orang yang ingin menyampaikan kasih sayang mereka, cuma mereka belum tau atau belum bisa mengapresiasikan rasa mereka tersebut pada orang yang mereka stalking. =]
Tapi gimana kalau aktifitas stalking kalian menganggu dia atau bahkan diri kalian sendiri? Perlu kalian sadari, perlahan orang yang kalian stalking pasti akan mengetahui kalau dia punya stalker, yaitu kalian. Ibarat peribahasa, sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Kalian ga bisa selamanya bertahan nge-stalk dia tanpa memberi tau kalau kalian ada dan sayang sama dia. Dan mungkin ketika dia udah bener-bener terganggu dengan aktifitas stalking kalian, dia bakalan langsung atau tidak langsung menghujat kalian. Once again, kalian siap dihujat orang yang kalian suka gara-gara berlebihan nge-stalk? Engga kan? Pasti engga.
Dan kalau hal itu sampai terjadi, itulah cara Tuhan untuk meminta kalian secara ‘halus’ berhenti stalking dia. Dalam melakukan sesuatu, Tuhan pasti memberikan batas waktu bagi kita, dan bila momen ‘penghujatan’ itu datang mau engga mau, siap engga siap you must go from her/his life. Kalau kalian maksain buat tetep nge-stalk dia, you gonna be a real Social Life Stalker! Orang dengan status SLS itu mendasari keinginannya bukan dengan rasa sayang, tapi obsesi yang terlalu menggebu atau obsesif kompulsif. Orang yang lama berkecimpung di dunia per-stalker-an pun pasti ogah temenan sama orang kayak gitu. Memaksakan kehendak untuk tetap nge-stalk ketika udah dihujat samasekali bukan pilihan bijaksana. Risk your own life.
Finally, menurutku stalking bukan hal yang masuk kategori ‘worst’ tapi engga bisa dibilang ‘good’. Itu tergantung cara pandang kalian. Yang pasti saranku buat para stalker, katakan apa yang seharusnya dikatakan dan ungkapkan apa yang seharusnya diungkapkan. Cepat atau lambat kalian pasti akan menemui momen ‘penghujatan’ itu. Sebelum terlambat, sebelum dia pergi dengan kebencian pada kalian. One last quote...
“Jika memang ingin memiliki, katakan saja yang sejujurnya. Apabila kenyataan memberi kalian kepahitan, itu tanda bahwa Tuhan telah menyiapkan rasa manis yang berjuta-juta kali bisa mengobati kepahitan tersebut =]”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar